Aurat Itu Karena Allah atau Manusia

Dalam sebuah pengajian di majelis dzikir Tazkiyatun Nufus Parung, Bogor, seorang ustadz membahas kitab fiqih bab sitrul aurat. Dijelaskan, bahwa menutup aurat hukumnya wajib bagi umat Islam. Batasan menutup aurat, kata dia, menurut Imam Syafi’i adalah jami’ul badan illa wajhah wal kaffain (seluruh badan kecuali muka dan kedua telapak tangan) bagi perempuan, sementara bagi laki-laki adalah baina surrah wa ruqbah (antara puser dan dengkul). “Di luar itu tak boleh diperlihatkan kepada yang bukan muhrimnya,” kata sang ustadz.

“Pak Ustadz, saya ingin bertanya,” celetuk seorang jamaah, “kewajiban menutup aurat itu sebetulnya apa karena manusia atau karena Allah?”

Sejenak Ustadz termenung, memikirkan pertanyaan seorang jamaah tadi.

“Saya berpendapat menutup aurat itu lebih karena manusia, bukan karena Allah. Sebab aurat dilarang dilihat oleh manusia kecuali ia muhrimnya.”

“Lho, bukankah perintah menutup aurat itu datangnya dari Allah, ya karena Allah dong!” sanggah penanya.

“Benar, syari’at itu datang dari Allah, tapi kalau aurat itu karena Allah, lalu ngapain Allah menyuruh manusia menutup aurat. Toh, seketat apa pun aurat itu ditutup, Allah tetap saja melihat (maaf) “anu” kalian…ha…ha…ha…” jamaah satu sama lain saling menengok heran.

“Kalau memang begitu, salat bertelanjang (tanpa menutup aurat) di tempat gelap pun boleh ya, kan manusia tidak bisa melihat, aurat kan karena manusia!”

Kali ini sang ustadz justru dibuat bengong oleh jamaahnya.

---(ooo)---

LuqmanHakim

Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments