Jenazahnya pun Sholat

Ketika Dzun-Nun sedang menjelang ajal di pembaringannya, teman-temannya bertanya, "Apa keinginanmu?" "Keinginanku adalah." jawabnya, "sebelum aku meninggalkan dunia ini, walaupun hanya sesaat, aku dapat mengenal-Nya." Ia lalu melantunkan bait-bait berikut:

Ketakutan menyia-nyiakanku.

Kerinduan melahapku.

Cinta memperdayakanku.

Allah kembali menghidupkanku.

Esok harinya, ia tak sadarkan diri. Di malam ketika ia meninggal dunia, tujuh puluh orang berjumpa dengan Nabi saw. dalam mimpi mereka. Semuanya meriwayatkan bahwa Nabi saw. berkata, "Sahabat Allah datang. Aku keluar untuk menyambutnya."

Saat Dzun-Nun meninggal dunia, terlihat tulisan berwarna hijau di keningnya yang berbunyi: "Ini adalah sahabat Allah, ia wafat dalam cintanya kepada Allah. Ini adalah pembunuhan dengan 'pedang'-Nya."

Ketika orang-orang menggotong kerandanya ke Pemakaman, sinar matahari terasa amat panas. Burung-burung kemudian datang dengan mengepakkan sayap mereka, melindungi usungan jenazahnya dari sengatan sinar matahari, mulai dari rumah hingga ke pemakaman.

Saat jenazah Dzun-Nun diusung menuju pemakaman, seorang muazin melafalkan azan. Ketika muazin tersebut sampai pada kalimat syahadat, Dzun-Nun mengangkat satu jarinya hingga keluar dari sehubung kerandanya.

"Dia masih hidup!" teriak orang-orang. Mereka pun menurunkan usungan jenazah Dzun-Nun. Jarinya menunjuk, namun Dzun-Nun benar-benar sudah meninggal dunia. Betapa pun kerasnya orang-orang berusaha, mereka tidak mampu meluruskan jarinya.

Ketika masyarakat Mesir melihat kejadian itu, mereka semua merasa malu dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah mereka lakukan terhadap Dzun-Nun.

---(ooo)---

http://www.sufinews.com/

Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments