Kuantar Kau ke Meja Kerja -- PILPRESS Iran

Diambil dari bundakirana.mupltiply.com

Seperti saya tulis di situ, meskipun saya sudah hampir enam tahun tinggal di Iran, baru sekarang-sekarang ini saya memperhatikan serius kondisi perpolitikan Iran. Sekarang, ada peristiwa unik lagi yang saya saksikan di televisi: upacara tanfiz (di Tehran Times, diartikan dengan ‘installation ceremony'…saya langsung tertawa membacanya, apalagi, disambung celetukan teman sekantor saya: lho, berarti Khatami di-delete? Suami nambahin: bukan, di-uninstall!).

Upacara tanfiz adalah pembacaan surat pengesahan atas hasil pemilu kepresidenan dari Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran (Rahbar, saat ini dijabat oleh Ayatullah Khamenei). Surat itu dibacakan oleh Khatami. Artinya, jika hasil pilihan rakyat ternyata tidak sesuai dengan kemaslahatan negara, bisa saja Rahbar tidak memberikan pengesahan, dan dilakukan pemilu ulang. Hak ‘veto’ ini dimaksudkan untuk mencegah seseorang yang tidak layak untuk naik jadi presiden (dalam demokrasi liberal, bisa saja kan ada orang yang tidak layak, misalnya preman atau mafia ekonomi, tapi dengan kekuatan uang dan pengaruhnya, dia berhasil memenangkan pemilu…contohnya aja di Indonesia, ada preman yang bisa jadi anggota MPR).

Nah, yang unik di sini...siapa yang duduk di samping Khatami dan Ahmadinejad? Rafsanjani! So, dua orang yang bersaing dalam pemilu putaran kedua itu, sama-sama duduk di acara itu (jadi inget Megawati, yang nonton acara pelantikan SBY lewat televisi pun ogah). Oya, dulu, sepekan setelah pemilu, Rafsanjani yang kalah pemilu, tetap melaksanakan tugas sebagai khatib Jumat dan menyerukan rakyat untuk bersatu mendukung presiden baru.

Yang lebih unik lagi setelah acara itu, Khatami menggandeng tangan (bener2 digandeng loh!) Ahmadinejad, menuju kantor kepresidenan. Jadi, si mantan presiden menghantarkan presiden baru langsung ke meja kerjanya!

Saat menonton adegan tersebut di TV, suami berkomentar nakal, “Mah…liat tuh sepatunya!” Apa pasal? Beberapa waktu lalu, sekitar 2-3 hari setelah menang pemilu, Ahmadinejad disorot televisi sedang melakukan kunjungan ke suatu tempat. Nah, si kameramen nakal, sengaja meng-close up sepatu si bapak, yang ternyata warnanya coklat dan lusuh. Saya waktu itu tidak melihat, hanya diceritakan suami. Jadi, sekarang saya pelototin bener-bener tuh, layar televisi. Sekilas memang terlihat, sepatunya Khatami hitam mengkilat dan sepatunya Ahmadinejad…still that old brown shoes!

Kembali ke adegan Khatami mengantar Ahmadinejad ke ruang kerja kepresidenan. Mereka bercakap-cakap sebentar sambil senyum-senyum, setelah itu, gantian Ahmadinejad mengantarkan Khatami ke mobilnya, saling berpelukan, dan dadah-dadahan. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, kedua pihak sempat terlibat polemik panas. Gara-garanya, Khatami terjebak macet ketika menuju Universitas Teheran untuk menerima gelar DRHC dan mengkritik walikota Tehran (yang saat itu dipegang Ahmadinejad) . Ahmadinejad membalas, “Wah, kok baru sekarang Presiden sadar bahwa masalah utama di Tehran adalah kemacetan? Memang orang-orang yang tinggal di Saadat Abad (kawasan elit Tehran) tidak akan paham kesulitan rakyat!” Polemik terus berlanjut, sampai akhirnya, kalau tidak salah, Khatami meralat kritikannya tersebut.

Kini, di manakah Presiden baru Iran tinggal? Tetap di rumahnya yang jelek (dinding luarnya masih bata, belum ditembok) di kawasan Tehran timur (kawasan Tehran utara, tempat tinggal Khatami adalah kawasan elit dan mahal, Tehran barat, tempat kami tinggal, rada lumayanlah, Tehran timur, lebih murah lagi, dan Tehran selatan, paling murah). Petugas keamanan akhirnya terpaksa membuat posko keamanan di ujung jalan, mendata semua tetangga termasuk sanak famili mereka, sehingga orang-orang yang keluar masuk jalan kecil itu bisa dimonitor.

Terakhir, mau tahu apa isi press release pertama Ahmadinejad? Semua pihak dihimbau untuk tidak memasang iklan ucapan selamat di koran-koran dan semua kantor dilarang memasang foto presiden!
Allahua’lam

oggix.com : Free Shoutbox & Complete Blog Tools




Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments