You are not my doctor anymore, but ……

Oleh Dr. Anugra Martyanto




Sumber : public.kompasiana. com

29 Maret 2009



” You are not my doctor anymore, but……”

Ya sebuah kalimat yg mempunyai makna tersendiri buat bathinku yg paling dalam, sangat menyakitkan sekaligus sangat menyedihkan…..



Hari kamis kemarin saat memasuki long weekend minggu ini karena ada hari libur terjepit yaitu hari raya Nyepi, aku memutuskan untuk menebus sebuah kesalahan pada buah hatiku si kecil Amar, seperti yg kuceritakan pada artikel yg sudah ku postingkan pada kompasiana.com dg judul “harga sebuah waktu”, ada sedikit kelegaan hati ini setelah… aku, buah hatiku dan ibunya Amar pergi ke Hongkong, tepatnya Disneyland adalah tujuan utama putraku, sudah lama dia menginginkan datang ke dunia sahabat tidurnya boneka mickey mouse, dan minggu siang ini kami sudah kembali lagi di gubuk kecil nan asri untuk kembali menjalani rutinitas hidup kami, rasa lelah yg aku alami cukup membuat tulang tuaku merasakan pegal yg tidak bisa ku abaikan begitu saja, tapi lain halnya buat buah hatiku Amar yg begitu gembiranya karena telah mendapatkan keinginannya terwujud dengan ditambah bonus boneka barunya, ya sebuah boneka mickey mouse yg besarnya sama dg besar badan putraku yg berumur 5 tahun, inilah pemandangan terindah yg kulihat dari raut wajah kegembiraan hati putraku Amar,” terima kasih ayah…, Amar sangat menyayangi ayah”, itulah ucapan putraku yg masih jelas hingga kini terngiang di gendang telingaku, sampai sore ini aku tertidur lelap mengobati nyeri tulang tuaku ini karena lelah selama perjalanan yg cukup panjang.



Tiba-tiba aku dikejutkan dering HPku yg kuletakkan di atas bantal kepalaku, dan kulihat nomor telepon dari rumah sakit, “selamat sore Dokter, ini suster Fatimah dari rumah sakit, apa Dokter sudah kembali ke rumah ?”, itu yg kudengar saat kuterima telepon itu, “ya sudah jawabku”, “Dokter, ini ada titipan surat dari pasien Dokter yg bernama Astrid Gracia, apa perlu kami antar kerumah ?”, “ada apa ya suster ?, kok pakai titip surat, kan besok saya sudah bisa visite ke Astrid seperti biasa “, ” tapi dok…”, percakapan kami terputus karena battery hpku habis.



Penasaran aku dibuatnya, tapi naluriku mengatakan ada sesuatu yg terjadi sepeninggal tour kami ke hongkong, lalu kuputuskan bergegas utk pergi ke rumah sakit sore ini, setibanya aku di rumah sakit langsung aku menuju ke kamar perawatan pasien gadis kecilku yg sangat istimewa, ya Astrid Gracia 12 tahun dengan diagnosis Osteocarsinoma at regio left elbow, stadium 3, ya pasienku ini menderita sejenis kanker ganas pada tulang di daerah sendi siku tangan kirinya yg sudah kami amputasi guna menyelamatkan nyawanya dari ganasnya jenis kanker tulang ini yg penyebarannya sangat cepat dan mematikan, terutama ke otak dan paru paru, ya sesuai prosedur tetap management kasus ini amputasi, radiasi dan chemotherapy.



Begitu kudapati kamar 9 ruang cempaka kosong, langsung kubertanya, "suster mana pasien saya ?", sambil menunduk suster Fatimah mendekatiku dan menyerahkan amplop kecil berwarna biru langit sambil berkata, "hari Jum’at kemarin tepatnya jam 15.10 setelah chemotherapy cure ke- 3, Astrid menghembuskan nafas terakhirnya dok, maafkan kami dok, kami tidak memberitahu Dokter, karena ini permintaan mamanya Astrid yg tidak mau mengganggu perjalanan Dokter bersama Amar", ya…memang keluarga kami sudah begitu dekat dengan keluarga Astrid, bahkan Astrid sudah aku anggap anakku sendiri, dan Amar putraku juga sangat dekat dg kakak perempuannya ini, ya kepada Amar kukatakan bahwa kak Astrid ini kakaknya…, Ya Allah, lemas terasa kaki dan lututku mendengar penyampaian susterku, bermacam perasaan berkecamuk dalam bathinku, tak kusadari aku terduduk di lantai putih ruang Cempaka ini dan langsung kuterima surat kecil itu dan langsung ku baca, yg isinya :



Buat Dokter Astrid yg sangat baik, dr. Anugra di rumah.

” You are not my doctor anymore, but you are my father and my angle…, yes my angle like star in sky and still twingkling for me in the day and the dark of night, forever it will be for me….”.



Dokter, ini puisi khusus buat Dokter Anugra, mungkin saat Dokter membacanya, Astrid sedang tour juga menuju rumah Astrid yg baru yg dipenuhi bintang-bintang yg berkelap kelip, Astrid ingat semua nasehat Dokter, bahwa Tuhan selalu sayang dg Astrid dengan ditandai bintang-bintang yg ada di langit, dan Dokter selalu bilang bila Astrid merasakan sakit pada siku ini, ingatlah pada bintang yg berkelap-kelip di langit, tempat para angle bermain melupakan kesedihan di hati, dan itu sudah Astrid lakukan, dan hasilnya memang benar sekali, setiap Astrid merasakan sakit yg sangat di siku, atau saat Astrid di-chemotherapy, Astrid selalu membayangkan bintang-bintang itu dan para angle yg datang menemui Astrid, hasilnya Astrid lupa dengan rasa sakit itu, dan Astrid ingin Dokter tahu juga, bahwa tubuh Astrid yg lemah ini hanya rumah kecil buat Astrid tinggal, walau siku Astrid sudah dipotong, tapi Astrid merasa rumah kecil ini semakin lemah, astrid tahunya mungkin disebabkan penyakit ini, tapi Astrid sudah memiliki rumah yg baru Dokter, ya rumah yg lebih indah, dan bisa disebut istana di surga Tuhan, rumah ini lebih abadi dan dihuni para bintang dan angle, makanya Dokter…, Astrid menginginkan segera pindah ke rumah yg baru ini, agar Astrid tidak hanya melihat bintang-bintang dan angle dari kejauhan, tapi Astrid bisa selalu dekat dengan mereka, terima kasih Dokter Astrid yg sangat baik, yg sudah menemani Astrid selama ini, semoga Dokter tidak marah setelah Dokter membaca surat dari Astrid ini.



Salam tersayang buat bintang, angle dan ayahku, Dokter Anugra Martyanto,



Ya….itulah surat yang bersampul biru yang kuterima dari pasien gadis kecilku yang bernama Astrid Gracia, pasien yang sangat tabah dalam menjalani hidup kanak kanaknya, begitu indah kurasakan kalimat yang tergores di suratnya itu, tapi juga menggores relung hatiku, ya…aku mendapat sebuah pembelajaran lagi dari seorang malaikat kecilku seorang pasien gadis cilik yang memberi makna sebuah kehidupan, ya dia mengajariku bahwa tubuh ini adalah rumah kecil buat singgahan sementara dalam kehidupan di dunia ini, bila rumah ini sudah tidak layak dihuni lagi seperti rusaknya bagian rumah ini akibat sebuah penyakit seperti yang diderita Astrid, maka kita pun harus pindah ke rumah baru yang lebih abadi yaitu rumah di surga milik Tuhan yang akan memberikan kesempurnaan dalam menjalani kehidupan yang abadi.



Makna kehidupan yang selama ini kulihat dari sudut pandangku sebagai dokter ahli kanker, hanya seperti sebuah pelayanan yang kuberikan untuk melayani orang-orang yang sangat kukasihi, ya buah hatiku, istriku dan semua pasien pasienku, saking ingin menyikap seluruh rahasia dalam keilmuanku, apa kiranya penyebab dari semua penyakit kanker yang mematikan ini, aku terus belajar dan belajar guna mencari jawabannya, dengan mendalami teknologi biomolekuler aku berharap dapat menemukan jawaban atas kebodohanku ini, tapi makin aku mencari semakin jauh jawaban atas kebodohanku ini, aku terlalu hanyut akan obsesiku yang ingin menemukan penyebab dari penyakit kanker ini, agar setidaknya aku bisa melawannya dengan pengetahuan ini dan berharap semua penyakit pasienku dapat sehat kembali dan kembali kepada hak hidup yang selayaknya mereka nikmati dan mereka jalani, aku hanya melihat bahwa ada yang salah dalam perkembangan sebuah sel tubuh dalam perkembangannya, sehingga menjadi kanker yang menggerogoti tubuh induk semangnya yang dijadikan tempatnya bertumbuh, semakin dalam aku mencari penyebabnya semakin lelah aku dibuatnya, dan selangkah aku menemukan titik terang, tapi seribu langkah penyakit kanker ini berkembang melesat di luar jangkauanku menahan pertumbuhannya hingga merenggut nyawa sebagian pasien pasienku. Inilah kesombonganku atas sebuah obsesi dalam menyikap rahasia si pemilik Hidup, seolah aku mengibarkan bendera perang terhadap-Nya, yang menciptakan kanker dengan segudang amunisi berupa keganasan yang menggerogoti sel tubuh lainnya, aku sempat menyalahkan Tuhan atas semua ketidakadilan ini……inilah kelemahan terbesarku, aku lupa bahwa ilmu manusia tidak sebanding dengan si pemilik Hidup, dan terlalu naif aku untuk mengakui ini semua.



Tapi setelah aku membaca surat dari pasienku sekaligus anakku Astrid Gracia, dia begitu pandainya memaknai sebuah arti kehidupan, dia mencerna semua nasehat-nasehatku akan kebesaran Tuhan dengan ciptaannya bintang-bintang dan angle yang selalu menemaninya dikala ia merasakan sakit yang amat sangat selama ia menderita kanker tulang ini, juga saat ia merasakan sakitnya yang sangat saat dilakukan pengobatan chemotherapi dan radiasi, ya semua itu dilaluinya tanpa dendam dan prasangka buruk kepada si pemilik Hidup, begitu pandainya Astrid kecilku ini menerima penyakit dan penderitaan tubuhnya dengan mengumpamakan bahwa tubuhnya adalah rumah kecilnya tempat ia singgah menjalani kehidupan sementara dalam dunia ini, walaupun ia tahu begitu lemahnya tubuh ini sehingga ia harus menerima kondisi sakitnya dengan tabah dan ikhlas sehingga rasa sakit yang dirasakannya merupakan sebuah keindahan dan kasih sayang Tuhan kepadanya, yang telah menyediakan rumah baru bahkan istana megah di Surga yang lebih kekal dan abadi.



Terima kasih malaikat kecilku, selamat jalan ke rumah barumu, Ayah tidak pernah menyesal telah merawat sakitmu dan Ayah minta maaf sebesar-besarnya atas keterbatasan ilmu yang Ayah miliki karena tidak bisa menyembuhkan penyakitmu, ternyata Astrid malaikatku adalah professor yang paling pandai yang pernah Ayah temui selama proses Ayah menuntut ilmu, ya guru besar yang sangat jenius dalam memberi pembelajaran yang sangat berarti dalam memaknai sebuah kehidupan, dan Ayah juga minta maaf atas nama pribadi, Amar adikmu dan Ibundanya, karena Ayah tidak ada di sisimu saat Engkau pindah ke rumah barumu, tapi Ayah yakin seandainya saat itu fisikmu memungkinkan pastilah Ayah akan mengajakmu ke Disneyland kota indah impian buat Amar dan anak-anak lainnya, tapi saat ini kamu sudah menemukan kota indah itu di Sorga sana……



Salam tersayang buat malaikat cilikku Astrid Gracia, kami semua sangat mencintai dan menyayangimu sampai kapanpun.



Salam dari kami, Anugra Martyanto. Adik Amar dan Bunda Kania.

oggix.com : Free Shoutbox & Complete Blog Tools




Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments