Vatikan Kecam Referendum Larangan Menara Masjid

Selasa, 1 Desember 2009

05:34 WIB
http://www.kompas.com/

Seorang lelaki menulis slogan pada minaret simbolis di Place Neuve, Geneva, Swiss, Senin (30/11), sebagai ungkapan protes atas hasil referendum sehari sebelumnya yang melarang pembangunan menara masjid baru di Swiss. Slogan itu bertuliskan "Maafkan Mereka! Kami Tidak Setuju dengan Larangan Itu! Hidup Toleransi".
Sumber : Kompas Cetak

GENEVA, KOMPAS.com - Hasil referendum hari Minggu (29/11) di Swiss, diikuti 100.000 orang, melarang pembangunan menara baru di setiap masjid. Larangan itu dinilai melukai perasaan umat Islam dan bertentangan dengan perjuangan pemerintah untuk meyakinkan umat Islam bahwa mereka tetap diberi ruang menjalankan agamanya di Swiss.

Pada hari Senin, reaksi dunia internasional pun bermunculan menentang hasil referendum. Bahkan, pemimpin agama Katolik di Vatikan melalui para uskup Swiss mengkritik bahwa hasil referendum yang melarang pendirian menara masjid di Swiss itu merupakan sebuah pukulan terhadap kebebasan beragama.

Antonio Maria Sveglio, Ketua Dewan Kepausan untuk Urusan Migrasi, mengatakan kepada kantor berita ANSA, Konferensi Uskup Swiss sudah menegaskan bahwa, ”manusia berada pada halaman yang sama”. Sekretaris Jenderal Felix Gmur kepada Radio Vatikan mengatakan, larangan minaret itu menyalahi hak dan kebebasan beragama. Pakistan dan Lebanon juga mengutuk hasil referendum itu.

Pemimpin Muslim di Swiss mengatakan kecewa setelah mengetahui hasil referendum tersebut. Sebab, menara merupakan salah satu sarana penting yang melekat dan menyatu pada bangunan masjid. Di sana diletakkan pengeras suara guna memanggil dan mengingatkan (azan) jemaah untuk bersembahyang.

Dikatakan, sekitar 57,5 persen peserta ikut dalam referendum itu. Semula sebanyak 53 persen diperkirakan setuju bahwa tinggi menara sebaiknya mengikuti standar yang telah ditetapkan Swiss. Ternyata hasilnya malah banyak yang memberikan suara ”tidak” setuju pembangunan menara. Sebenarnya ada juga menteri serta tokoh agama dan politik yang menentang larangan itu.

Pemerintah Swiss langsung mengatakan, pemerintah menjamin kebebasan beragama bagi 400.000 umat Islam, terutama dari negara-negara Balkan dan Turki. Dikatakan, pemerintah tidak menolak agama dan budaya Islam. Namun, hasil referendum itu justru dikutuk oleh negara- negara Islam. Bahkan, banyak negara di Eropa juga mengutuk hal itu sebagai bentuk pengekangan kebebasan beragama dan bentuk intoleransi.

Beberapa surat kabar Swiss mengingatkan, hasil referendum tersebut bisa menimbulkan efek amat buruk yang tidak diinginkan, misalnya kemungkinan akan adanya boikot dagang dari negara Muslim.

”Beberapa orang, yang trauma akibat krisis, mengeluarkan protes dan kecurigaan, mungkin juga sikap benci atau ketidakpercayaan akan hasil referendum. Hasil referendum itu ibarat bom,” tulis harian Le Temps.

Anggota garis keras Partai Rakyat Swiss (SVP)—partai terbesar di Swiss—dan kelompok- kelompok sayap kanan yang lain mengatakan, mereka mengusung ”inisiatif rakyat” sehingga diadakan referendum. Sekitar 100.000 pemilih yang berhak memberikan suara telah membuat petisi.

Mereka menghendaki amandemen konstitusi untuk melarang pembangunan menara. Tanpa menara, masjid tetap menjadi tempat sembahyang. Sumber resmi di Swiss menyebutkan, ada empat menara yang dilarang menyuarakan azan. (AFP/CAL)

Share
|






Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments