Sungguh, Aku Malu

Sungguh, Aku Malu

Penulis : Catur Catriks

KotaSantri.com :

----------
Aku dilahirkan di tempat
yang jauh dari keramaian, dari keluarga petani yang sederhana. Tapi
aku sangat beruntung, orangtuaku mengedepankan pendidikan anak-anaknya,
walau ibuku tidak tamat dari SR. Sedang ayahku memang pernah sekolah,
tapi hanya beberapa hari saja. Ia tidak bisa membaca.

Dalam masyarakat, orangtuaku dipandang bodoh.

Tapi pada akhirnya, mereka kagum oleh kegigihan orangtuaku dalam
menyekolahkan anak-anaknya hingga selesai. Banyak pengorbanan yang
mereka lakukan untuk anak-anaknya. Mereka selalu mendidikku,
membiayaiku, membekaliku, dan mendukungku untuk terus belajar dan
belajar.

Pada saat aku mulai kuliah di luar kota, ibu mengiringiku dengan sebuah
do'a, bismillah. Bahkan pada suatu malam, pada saat keningku sedikit
berkerut, aku melihat ibuku yang terbangun tengah malam dan
bertahajud, berdo'a agar anak-anaknya diberi kemudahan jalan.

Kini, aku telah bekerja dan jauh darimu. Rindu tentu senantiasa datang.
Tapi terkadang kesibukan menyebabkan sedikit lupa untuk sekedar
menelpon dan menanyakan kabar. Sampai suatu ketika, aku berhasil
memenuhi sebuah permintaan ibu. Lalu, ibu mengatakan lewat telpon,
"Terima kasih, ya!"

Tenggorokanku tercekat, dan tiba-tiba aku mengatakan serentetan kata
yang aku sendiri tidak mampu mendengarnya dengan jelas.
Aku pikir, pada
saat itu lidahku terpeleset-pleset, lalu diam.

Ibu, tiba-tiba ananda merasa malu.

Untuk semua perlindungan kasih yang engkau berikan, aku tak pernah
mengucapkan terima kasih. Untuk semua do'a yang kau panjatkan untuk
kemudahan jalanku, aku tak pernah mengucapkan terima kasih. Untuk semua
usahamu agar kuliahku selesai, juga aku tak pernah mengucapkan kata itu
kepadamu.

Untuk itu ibu, akan ananda maknai semua itu semampu ananda. Dan bahwa
kemarin yang aku lakukan, adalah sebuah kewajiban anak kepada orang
tuanya walau mungkin itu hanya seujung kuku.

Aku tak akan mampu membalas sedikit apalagi banyak.

Maka itu ibu, lain kali, jangan ucapkan terima kasih lagi. Ananda malu
di hadapan Allah SWT. Kecuali jika ibu ingin mengajariku untuk bisa
mengucapkan kata, terima kasih.

Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments