Namaku Izrail (bag 1)

"Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedang engkau dalam keadaan lengah" (Nasihat Luqman kepada anaknya)

Tiba-tiba saja ia berdiri dihadapanku. Memperkenalkan diri entah dari mana. Terus terang, aku melongo ketika orang atau lebih tepatnya mahluk itu ada dihadapanku. Entah kenapa, aku tidak terlalu kaget. Hanya saja, memang muncul rasa heran dan takut. Tubuhku yang sedang berbaring setengah terangkat. Aku menatap bengong melihatnya berdiri di hadapanku. Meski rasa takut menyergapku, aku seakan-akan tidak merasa asing dengan sosok ini. Kayanya pernah kenal, tapi dimana gitu. Dalam beberapa saat aku seperti pikun.
Lupa.
Tepatnya nggak tau apakah pernah bertemu dengannya atau tidak. Sepertinya aku mengalami dejavu, pikirku. Cukup lama ia memandangku dengan diam, setelah dia menyebutkan namanya begitu saja. Padahal aku nggak minta diperkenalkan. Boro-boro perkenalan, dia begitu saja mengada, makanya siapa diapun aku nggak ngeh. Izrail katanya. Siapa ya? Rasanya nama itu pernah kudengar dengan baik.
Tapi aku lagi-lagi tidak mampu menggali memori dari otakku yang tiba-tiba menjadi beku. Ia nampaknya termasuk mahluk yang tak mau tau. Tepatnya super cuek. Apakah aku mau atau tidak, nampaknya ia memang tak peduli. Bilamana ia mau, ia akan memperkenalkan diri. Bila tidak, ya sudah lewat begitu saja. Tak peduli orang yang disapanya mau atau tidak. Apakah yang di datanginya jantungan atau tidak. Baginya itu nampaknya tidak menjadi soal benar. Apalagi kemunculannya yang tiba-tiba begitu. Seperti menyergap dari ketiadaan, muncul begitu saja. Bagi yang penakut, mungkin kemunculannya bisa membuat semaput.
Dia seperti hantu. Untungnya aku termasuk bukan manusia yang kagetan. Sehingga kemunculannya yang tiba-tiba itu tidak terlalu membuatku semaput. Tapi yang jelas memang otakku jadi beku. Seperti sekarang ini. Memandang dengan bodoh kesosok yang luar biasa ganteng ini. Kupikir-pikir, memang aku belum pernah melihat wajah seperti dia ini. Wajahnya lebih mirip manekin yang dipajang ditoko-toko ketimbang manusia. Halus, berkulit bersih, bahkan seperti menimbulkan pendar sinar. Meskipun, kebersihan kulitnya agak sedikit tidak lazim dengan warna bersih yang memerah dadu seperti pipi bayi itu. Dia senyam-senyum dikulum, seperti seorang teman lama yang sedang menggoda.
Wah, pikirku, ni orang kalau ikut kontes Indonesian Idol atau AFI barangkali langsung menang, yang lainnya langsung bertumbangan.
"Sudah tau siapa aku?", lanjutnya memecahkan kebingunganku.
"Eh..emmmm yyyaa...siapa ya", dengan sedikit gemetaran dan tergagap-gagap aku menjadi grogi, tapi lagi-lagi aku masih belum ngeh siapa dia, padahal dia sudah menyebutkan namanya.
Nama itu memang terdengar tidak asing. Cuma, aku lagi-lagi lupa dimana pernah mendengar nama itu. Dia tersenyum simpul. Swear, senyumnya termasuk kategori senyum manis bagi makhluk berjenis kelamin laki-laki (terus terang saja gender ini perlu saya buat dengan font italyc karena saya sendiri bingung ini orang laki-laki atau perempuan).Kemudian dengan perlahan ia berkata
" Aku diminta menjemputmu...".
"Siapa?", tanyaku masih setengah bingung.
"Dia...", katanya pendek.
"Dia siapa ya?", tanyaku lagi, otakku masih beku, tak bisa menduga dan tak tahu dengan yang ia maksud.
"Kkkamu sendiri siapa?", tanyaku dengan sedikit gagap tetapi lebih mantap.

Keberanianku muncul begitu saja. Nampaknya, ia tidak kaget dengan reaksiku yang nampaknya masih belum begitu jelas. Aku sendiri masih mencoba mengingat-ingat. Tapi, rasanya memang sel-sel kelabu otakku jadi tumpul tak bisa berpikir. Entah kenapa, kemampuan berpikirku jadi mandeg. Daya ingatku seperti berputar-putar tak menentu, tak bisa mengatur alur logis yang benar. Melompat-lompat dan terputus-putus begitu saja seperti komputer yang perangkat lunaknya error karena kerusakan prosesornya. Kira-kira pernah kenal dimana dengan sosok aneh ini.
Tanpa ba-bi-bu lagi nongol dan langsung memperkenalkan diri. Kucoba mengingat-ingat sekiranya aku pernah bertemu dengannya. Disuatu tempat, di suatu waktu. Disela-sela kepikunannku, aku mencoba mengingat-ingat. Apakah teman sekolahku dulu pikirku. Ah, kelihatannya bukan. Tapi tetap tak bisa kuingat, siapakah pemilik sosok ganjil dihadapanku ini. Lagi pula kami masih sering kumpul-kumpul satu sama lain, meskipun sudah hampir 10 tahun angkatan kami habis alias pada lulus dari bangku kuliah. Ah, nampaknya bukan. Pelan-pelan kuhimpun daya ingatku, sedikit demi sedikit aku merasakan otakku melumer.
Tak ada dari temanku yang penampilannya mirip dia ini. Meskipun dari lain jurusan, aku masih ingat satu persatu beberapa temanku semasa kuliah dulu. Frame demi frame aku mencoba memutar kembali wajah-wajah temanku. Si Bambang yang pernah dipenjara dulu karena aksi bakar ban di kampus. Atau si Nirwan yang jadi budayawan. Walaupun aku cuma satu dua kali ketemu dengan dia toh aku masih mengingat wajahnya. Bahkan beberapa teman satu kampus yang cuma kenal muka pun aku masih rada-rada ingat. Lha yang ada didepanku ini benar-benar asing banget. Walaupun samar-samar wajah itu seperti familiar dengan ku. Wajah sesosok wanita melintas sekilas, Ah tapi bukan dia, bukan dia, dia sudah lama pergi. Aku tepiskan bayangan yang melintas dari masa lalu itu.
Entah kapan ketemunya akupun tidak tau. Tapi memang ada satu wajah yang sempat melintas dikepalaku, tapi tidak mungkin dia, soalnya dia memang cewek. Tapi, yah yang berdiri di hadapanku ini memang susah kujelaskan apakah cewek atau cowok. Ahhh, mungkin kawan se SMA dulu pikirku. Mencoba tidak menyerah, untuk mengingat dia yang tiba-tiba berdiri didepanku. Ingatanku pun melayang ke SMA dulu untuk mencari-cari dan mencocokkan siapa gerakan teman SMA yang mirip-mirip dia ini. Lagi-lagi aku tidak menemukan sesorang pun yang mirip dia. Kemudian kujelajahi kenangan SMP dan sekolah dasar.
Blank...Benar-benar blank nih pikirku, persis komputer yang tidak ada BIOS-nya. Siapa dia ini ya. Aku membatin, sambil menatap sosoknya. Mereka-reka, mencoba mengingat dan menggali dari sel-sel kelabu diotakku. Uhh..., rasanya...nggak ada ingatan sama sekali tentang sosok yang satu ini.
"Ngomong-ngomong sebenarnya kamu ini siapa...", kegugupan dan kebengonganku sudah hampir lenyap. Ganti keingintahuanku muncul tentang dia sendiri.
Sejenak ia menatapku lekat-lekat, kemudian "Ehm..aku sebenarnya pernah kamu kenal duluuuuu sekali". Ia malah menjadi sedikit grogi. Ia mencoba memberi penekanan pada kata dulu. Jadinya terdengar sedikit aneh. Dan terus terang, senyum dikulumnya itu membuat beberapa bulu-bulu halus ditekukku mulai meremang.
"Dddulu kapan yyya?" lanjutku setengah gemetar menuntaskan keingintahuanku.
"Ya dulu, sewaktu kamu baru mau disinari oleh Dia". Ha....apa maksudnya "disinari". Disinari apaan ya.

(Sepotong ayat tiba-tiba melintas, membuka suatu kenangan asosiatif masa yang telah lama sekali berlalu, Alif Laam Mim Raa, (QS 13:1). Lagi pula, kok ucapannya sangat takzim sewaktu ia ucapkan "Dia". Bahkan setengah takut-takut.
"Aku diminta segera menjemputmu", katanya sedikit lebih takzim kepadaku.
"Haaa".
Aku melongo antara bingung, heran, takut, dan takjub menjadi satu .

(bersambung....)

kutipan : Atmonadi (sufinews.com)

Just fun with surfing in another site :
http://ninafkoe.multiply.com
Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments