Namaku Izrail (Bag 4)

"Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedang engkau dalam keadaan lengah" (Nasihat Luqman kepada anaknya)

Ketika aku berbelas kasihan, maka aku tidak mencabut nyawa bayi itu, tapi aku kemudian menyesalinya karena apa yang kuanggap kebaikan ternyata benih kejahatan yang kubiarkan tumbuh karena aku salah menafsirkan kehendak Tuhan.
Izrail terdiam sejenak. Agaknya ia masih mengenang apa yang dilakukannya dulu.
Kemudian ia melanjutkan. Jangan tanya siapakah ibu bapakku, seperti layaknya makhluk lainnya yang beribu bapak. Katakan saja, aku manifestasi Kehendak Yang Kuasa. Manifestasi al-Qudrah setelah Ia memfirmankan "kun!".
Seperti saya bilang tadi, kaum sejenisku tercipta begitu saja karena Ia Berkehendak. Kalau kamu bertanya berapakah banyak tugas yang telah kulakukan? Aku sendiri tidak tahu. Benar-benar tidak tahu. Karena pengetahuan tentang itu tidak kami miliki.

Ada yang lain dari jenisku yang melakukan hitung menghitung. Itu bukan tugasku. Aku jadinya memang mahluk yang sangat spesifik. Sebenarnya kalau soal spesialisasi begini, kami tidak ada apa-apanya dibanding kalian manusia. Soalnya, hanya kaum kalianlah yang diberi kehendak bebas untuk berpikir, memilah dan memilih dengan bertanggung jawab. Kaum kami tak sanggup memikulnya, karena kami telah melihat dampak-dampaknya yang mengerikan.
Dia pun menghendaki kami bertasbih dan sujud dihadapan Nenek Moyangmu. Pernah kami protes begini-begitu sewaktu kami diberitahu bahwa Dia Berkehendak menciptakan mahluk manusia. Namun, Dia Maha Mengetahui atas apapun yang terjadi sejak Awal dan Akhir.

Kami sebenarnya terikat Sang Waktu seperti kaummu. Sang Waktu adalah kaum sejenisku. Ialah yang memungkinkan perubahan. Kami sebenarnya pun tau kalau manusia akan selalu begini begitu di semesta yang Dia ciptakan dengan rahmat dan kasih Sayang-Nya yang tak terbalaskan. Yang tidak kami miliki ada pada makhluk yang satu ini. Keinginan, akal, dan atribut lain yang kami tau bakal jadi masalah nanti.
Kami memang sedikit iri, sampai Dia menunjukkan kuasaNya atas semua makhluk manusia. Kalian sebenarnya lebih tahu dari kami atas segala mahluk yang pernah Ia ciptakan.

Kami pun lalu sujud dihadapan nenek moyangmu, Adam. Cuma satu makhluk yang tak mau sujud. Ialah Iblis yang kemudian akan selalu mendampingi kalian dalam proses Kun Fa yakuun. Maka, iapun terkutuk. Allah berfirman :
"Keluarlah engkau dari padanya, karena sesungguhnya engkau terkutuk, dan sesungguhnya laknat atasmu sampai hari kemudian."

Begitulah, Iblis pun menjadi musuh abadimu dan musuhmu yang sejati. Ia menyusup di kumpulan-kumpulan debu al-Haba yang sekarang maujud menjadi semua bentuk, karena keinginan, karena hasrat, karena syahwat, karena ketamakan, kerakusan, kesombongan, dan penyakit-penyakit Sang Iblis lainnya. Aku tak kuasa mengusirnya dari sekitarmu, soalnya memang bukan tugasku. Kan tadi sudah kubilang kaumku adalah kaum spesialis. Begitulah aku.

Izrail mengakhiri kisahnya. Aku terdiam. Kemudian, karena tugas-tugasnya itu aku bertanya tentang cara dia mengakhiri kehidupan seseorang, cara dia mengambil ruh makhluk bernyawa. "Proses pengambilan ruh? ", dia mengangkat alisnya.

Sebenarnya bagaimana caraku mengambil ruhmu itu tergantung dari banyak hal. Dan semuanya ada didiri kamu sendiri. Ada yang mungkin menurutmu kelihatan mudah, ada juga yang sulit. Ada yang berkesan ada juga yang tidak menyimpan kesan apa-apa. Aku sendiri tidak tau kenapa bisa tidak berkesan sama sekali. Ia maunya begitu kok.

Cara mengambilnya pun macam-macam. Kan sudah ku bilang kalau bahan dasarku adalah cahaya. Penampakanku sebenarnya tergantung dari kamu sendiri. Ada banyak hal yang mempengaruhi penampakan ku. Tapi, yang utama memang segala gerak gerik dan tingkah laku yang pernah kamu lakukan di semesta ini, akan mempengaruhi wujud penampakkanku.
Demikian juga cara mengambil ruh kehidupan yang bersemayam di wujud fisikmu, tergantung pada kebandelan dan kepatuhanmu. Memang kaum mu ini termasuk makhluk yang diistimewakan-Nya. Sangat disayang, sangat sempurna dibanding makhluk lainnya. Hanya, seringkali kaum kamu itu ngeyel.

Kalau tidak, malah bisa dibilang pin-pinbo alias pintar pintar bodoh.
Dan yang paling menjengkelkan, kalau kaum kamu ini sudah dikuasai oleh penyakitnya Sang Iblis yang terusir. Walah, susahnya minta ampun. Padahal pengambilan ini sebenarnya proses yang biasa-biasa saja. Kamu sendiri kan tahu tiap saat ada saja yang kuambil. Dengan baik-baik atau dengan paksa, dengan sendiri-sendiri atau berkelompok, dengan senang atau dengan ketakutan.
Memang sih aku sering datang tiba-tiba. Maklum namanya cuma makhluk yang cuma menjalankan perintah. Aku sendiri tidak tahu kapan harus segera menemuimu. Itu rahasia Dia Yang Penuh Rahasia.

Kaum kami pun, yang bisa dibilang 100 % patuh dan selalu beribadah kepada-Nya, tak tau apa-apa kalau menyangkut urusan takdir makhluk. Sungguh, tugas kaum kami cuma memenuhi perintah Dia. Memang sih seringkali ada delay sewaktu kami menjalankan tugas. Biasanya kalau ada delay, kehadiran kami akan didahului aura yang mempengaruhi kelakukan mahluk yang akan kami ambil. Mungkin kamu sendiri tidak menyadari hal itu.
Tapi begitulah. Kaum kamu sebenarnya ada di dalam genggaman-Nya dengan ketat. Ada yang digenggam erat-erat. Ada yang direnggangkan, sampai kesombongan menyergapnya. Dan mengira, dirinya sangat hebat dan berkuasa, sampai-sampai dia pun menafikan peran Tuhannya. Padahal, semua malapetaka, semua kehinaan, semua hal yang buruk-buruk dapat terhindar dari dia semata-mata karena Dia sangat menyayanginya.

Akhirnya, kesombongan itu menjerumuskan dirinya dalam banyak kesesatan dan kebodohan. Benar, sombong, bodoh dan sesat itu sebenarnya hampir beriringan, karena itulah karakter Azazil, sang Iblis yang mengira dirinya pantas disujudi karena ilusi kesuciannya. Banyak kaummu yang terkena ilusi palsu itu. Maka berhati-hatilah, sebenarnya semua manusia mempunyai peluang untuk tergelincir ke dalam perangkap tipu daya Sang Durjana yang dikutuk oleh-Nya.

Kami yang mempunyai tugas mengambil sebenarnya cuma satu. Berhubung kami tidak terikat dalam proses yang kalian jalani, tidak oleh ruang maupun waktu, sepintas kami kelihatan ada banyak. Memang begitulah kejadiannya. Dalam satu waktu ukuran kalian, kami bisa serentak mengambil banyak ruh dengan berbagai cara, dimana saja.

Sudah tak terbilang, berapa milyar ruh yang kuputuskan dari semua harapan dan impiannya, dari semua angan-angan dan cita-citanya, dari semua keasyikannya, dari semua kesenangannya, hartanya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, rumah-rumahnya, mobil-mobilnya, perusahaan-perusahaannya, jabatan-jabatannya, pacar-pacar gelapnya, dan lain-lainnya.

Tapi, itu tak cukup untuk mengingatkan manusia. Hingga iapun seperti keledai dipenggilingan masa, terperosok di lubang yang sama dari masa ke masa.
Kelalaian manusia dari mengingat kedatanganku nampaknya sudah menjadi penyakit zaman. Dari waktu ke waktu melakukan tugasku, kelalaian mereka terhadap kedatanganku menimbulkan rasa sombong dan berpanjang angan-angan. Entah sudah berapa banyak aku menghanguskan "business plan" mereka. Kaummu semestinya mengingat syair yang dibuat oleh seorang arif ini,

Kita lalai dari mati di pagi dan sore hari
Seperti penghuni dunia yang lalai
Dari kematian di sore dan pagi hari
Seseorang berjalan di suatu hari seperti tubuh tanpa ruh
Didepan mataku, setiap yang hidup adalah isyarat kematian
Merintihlah jiwamu wahai orang miskin, bila engkau merintih
Sungguh, kau akan mati meski kau berumur seperti Nuh.[17]

Aku rasanya sudah kebal dengan semua keadaan ruh yang kutarik dalam keadaan apapun. Pembantu-pembantuku sejumlah mahluk berruh yang ada di semesta ini. Jadi, setiap saat sebenarnya aku mengintip semua makhluk, mengincar semua makhluk. Begitu sinyal terakhir diisyaratkan Allah SWT maka akupun akan beraksi memadamkan semua kepongahan dan harapan manusia.

Ketahuilah, sesungguhnya ruh dalam keadaan telanjang dalam tubuh seorang hamba, ia akan diambil apabila dikehendaki dan dilepaskan apabila dikehendaki oleh-Nya. Maka Bersiaplah untuk mati wahai jiwa dan berusahalah untuk selamat, orang bijak yang siap meyakini bahwa tak ada keabadian bagi kehidupan dan tak ada tempat pelarian dari kematian.
Engkau hanya peminjam apa yang mesti dikembalikan. Kita bukanlah pemilik kehidupan ini, juga bukan pemilik tempat hidup ini. Kita tak berharta, tak berkeluarga, tidak juga anak-anak kita miliki.

Semuanya orang-orang telanjang. Jiwa kita menuju masa yang dekat, Yang Meminjamkan akan mengambil yang dipinjamkan.
Sebenarnya aku juga ditugaskan untuk mematikan malaikat, setan, iblis, pohon, binatang, dan makhluk bernyawa lainnya. Maka ia yang bernyawa, pastilah akan gemetar melihat kedatanganku.

Sebenarnya, ada banyak cara aku menarik ruh dari tubuh atau jasad mahluk bernyawa. Hal itu sebenarnya tergantung dari segala hal yang membentuk kamu, amal-amal kamu, dan kelakukan kamu. Mau tau bagaimana aku menarik ruh dari tubuh manusia? Aku menariknya langsung dari jasad yang hidup melalui ubun-ubun kepala.

bersambung....

kutipan:Atmonadi (sufinews.com)

Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments