Taufik Savalas dan Mengingat Mati...

Tiba-tiba saja terdengar kabar yang menyayat hati, seorang Taufik Savalas meninggal dunia. Kaget, heran, bingung, dan hanya bisa bilang Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roo Ji’uun. Kita tersentak karena Beliau yang sering muncul di entertainer TV tiba-tiba pulang ke rahmatulloh. Taufik yang sedang ”mencari nafkah” tiba-tiba harus menghadap sang kholiq dengan cara yang menyedihkan.

Selamat jalan Bang Taufik semoga amal ibadahmu diterima disisiNya, dan keluarga yang ditinggal bisa tabah dan ikhlas melepasnya. Memang pasti terasa pahit bagi yang ditinggal orang tercinta, tapi ’apa boleh buat’ kita tidak bisa mengembalikannya dengan cara apapun kecuali dengan izin-Nya. Kita yang ditinggal hanya bisa mendo’akan sambil mengingat kematian itu dekat dan bisa datang kapan aja.

KITA sebagai orang Muslim wajib yakin dan percaya bahwa kehidupan di dunia fana ini hanya bersifat sementara. Ibarat seorang yang sedang berlari, berhenti sebentar untuk sekadar minum dan seterusnya meneruskan perjalanan menuju tujuan pokok, ke alam kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan di alam akhirat yaitu alam baka. Manusia bisa saja hidup dalam waktu yang lama hingga berumur 100 tahun, 200 tahun, bahkan bisa saja mencapai umur 100 tahun seperti Nabi Adam A.S., namun yang jelas tidak ada manusia yang hidup abadi.

Semua orang tanpa kecuali pasti akan kembali ke asal yaitu alam baka atau kehidupan abadi yang tanpa batas. Semua pasti akan meninggalkan dunia fana ini, sesuai dengan jatah umur yang telah ditentukan oleh Allah, kita harus dapat memanfaatkan nikmat umur panjang yang telah Allah berikan kepada kita untuk meningkatkan bobot takwa kita kepada Allah SWT.

Karena, di alam baka yang akan Allah tayakan adalah takwa kita, bukan rumah yang lima, mobil yang tiga, perusahaan di mana-mana, dan istri yang cantiknya seperti Sophia Latjuba, melainkan takwa kita. Takwa itu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarangNya.

Kebahagiaan seseorang tidaklah terletak pada harta yang melimpah ruah, pangkat yang tinggi, melainkan terletak pada ketenteraman jiwa. Untuk mendapatka ketenteraman jiwa, tidak ada jalan lain kecuali bertakwa kepada Allah.

"Hai orang-orang yang beriman Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Q.S. Ali Imran Ayat 102).

Kita jangan mempunyai pemikiran aji mumpung, mumpung masih muda, banyak harta, dan masih bertenaga. Tidak perlu ibadah, salat, zakat, dan berpuasa nanti kalau sudah tua atau sudah berhenti bekerja alias pensiun baru bertobat, lebih baik berpesta pora, berhura-hura, berfoya-foya dahulu. Ini adalah pendapat yang keliru, karena kita tidak tahu kapan dan di mana akan mati, hanya Allahlah yang tahu.

Kalau maut sudah menjemput tanpa pandang bulu, bila sudah tiba saatnya, tidak peduli ia seorang raja, presiden, perdana mentri, kaisar, konselir, yang dipertuan agung, panglima perang, jenderal, tua, muda, balita, dsb. Semua itu tidak dapat menghindar, tidak dapat diundur-undur, tidak dapat dimajukan atau pun ditawar-tawar.

Walaupun manusia berusaha dengan berbagai cara, namun tidak dapat berdaya melawan datangnya mati, berlindung di dalam benteng yang tinggi dan kuat, dengan penjagaan ratusan ribu bahkan jutaan tentara sekalipun. Kematian itu datangnya tidak dapat diduga dan tidak ada yang mengetahui.

"Apabila telah datang ajal mereka, tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. " (Q.S. Yunus:49)

Islam mengajarkan kepada umatnya agar dapat menjalani hidup yang seimbang (balance) antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. Islam tidak mengajarkan untuk mencari kebahagiaan dunia semata juga sebaliknya, tidak memerintahkan pemeluknya agar mencari kebahagiaan akhirat belaka. Akan tetapi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat mencari kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

"Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan/ negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi." (QS.Al-Qashash: 77)

Allah mematikan manusia adalah agar mempertanggungjawab kan segala perbuatannya yang telah dilakukannya di dunia. Di sinilah Allah akan menunjukkan keadilan kepada semua makhluknya yang telah dimatikan dan seterusnya akan diminta pertanggungjawaban perbuatannnya di hari perhitungan nanti. Allah sengaja menciptakan kehidupan dan kematian itu, untuk menguji makhluknya agar dapat diketahui manakah yang paling baik amalnya selama hidup di medan ujian di dunia ini.

"Yang menjadikan mati dan hidup supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun." (Q.S. Al-Mulk ayat 2)

Dalam perjalanan kehidupan manusia ini sudah berkali-kali disaksikan kejadian ganjil, misalnya ada orang yang tua renta yang sudah salit-sakitan dan diduga akan segera mati, ternyata masih berumur panjang. Sementara, kolega kita yang baru saja bertemu di jalan Braga dan saling bertegur sapa, satu jam kemudian ada berita duka bahwa ia meninggal dunia, gara-gara terjatuh di beranda rumah karena serangan jantung.

Rasulullah saw., mengategorikan orang yang selalu ingat mati dan selalu mempersiapkan diri untuk menghadapinya, sebagai orang yang sempurna akalnya. Ini menyimpulkan bahwa orang yang selalu ingat mati akan selalu berhati-hati dalam segala tingkah lakunya dan selalu menghindarkan diri dari segala perbuatan yang dapat mencelakakan dirinya. Ia akan selalu mempertimbangkan segala apa yang akan dilakukannya dengan mempergunakan akal pikirannya, berdasarkan ajaran agama.

Kita semua harus ingat bahwa ajal pasti datang, Karena datangnya tidak dapat diketahui dengan pasti, maka kita harus selalu ingat dan waspada. Apabila kita selalu ingat maka akan mempersiapkan diri dengan melakukan kebaikan untuk menghadapinya. Barang siapa yang ingat mati sudah tentu ingat kepada Allah dan siapa yang ingat Allah, maka ia akan takut kepadanya dan selalu berbuat baik, sehingga Allah akan memberikan imbalan kebaikan pula.

Semoga kita mati dalam keadaan beriman (Khusnul Khatimah) dan janganlah kita mati dalam keadaan tidak beriman. (Suul Khatimah). Ingatlah bahwa seluruh makhluk yang bernyawa akan mengalami mati. Kullu nafsin dzaa iqatul mauti.***

Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments