Auto Pilot menuju Allah

Oleh Sugito

Seorang kakek berusia delapan puluh tahunan sangat rajin sekali
berjamaah di sebuah masjid tua di desa kami. Bahkan dia sering
menunggu pintu masjid dibuka. Sangat rajin sekali. Hujan pun tidak
membuatnya udhur dari sholat berjamaah. Saya tertarik meng-interview
untuk mencari tau "daya dorong apa yang begitu dahsyatnya, sehingga
semua halangan bisa dia lalui dan berjamaah dengan istiqomah".

Setelah ber-dzikir dan berdo'a bersama imam, sang kakek selalu
menutupnya dengan sholat ba'diyah. Setelah selesai sholat ba'diyah,
saya memberanikan diri untuk menyapanya:

"Assalaamu `alaikum Kek, hari ini sepi sekali masjid kita. Satu
shaf-pun tidak penuh, pada ke mana ya? Kalo saja jamaah di Subuh ini
bisa seperti jamaah ketika Sholat Ied……….".

Sambil tersenyum Sang Kakek menjawab, "Semulya-mulya amal adalah yang
didasari ke-ikhlasan. Amal tanpa ikhlas ibarat debu di atas batu, yang
akhirnya hilang disapu hujan. Sang pengamal hanya dapat capek saja.
Mungkin saat itu manusia menghargai dia karena kelihatannya taat dan
rajin jamaah di masjid. Tapi itu semua tidak ada artinya dimata Allah.
Allah tidak menilai sibuknya gerakan tubuh, tapi Allah menilai
ikhlasnya hati. Yaitu ibadah yang hanya ditujukan pada-Nya".

"Apa maksud Kakek yang tidak jamaah di Subuh ini berarti ketika Sholat
Ied dia tidak ikhlas karena Allah?

"Bukan totally tidak ikhlas. Tapi mungkin daya dorong jamaahnya yang
kurang kuat. Kadang orang yang merasa tidak salah, tidak merasa cukup
punya alasan untuk minta maaf. Manusia yang berkecukupan, merasa belum
perlu untuk meminta/ meng-hamba. Manusia yang sibuk dengan
bisnis/kerjaannya, merasa sanggup "berdiri" tanpa bantuan Sang Khaliq.
Singkat kata, orang merasa belum perlu ke dokter kalau tidak sakit.
Tapi itu memang tidak terjadi pada semua manusia".

"Manusia yang bagaimana yang tidak termasuk itu semua Kek?".
"Manusia yang selalu berusaha memperbaiki diri dan bersyukur karena
Alloh. Bukan yang agar dikenal sebagai orang baik di tengah-tengah
manusia. Dengan kasih sayang-Nya, Alloh memberikan sistem "auto pilot"
pada manusia"

"Apa maksud Kakek dengan "auto pilot" itu?"
" Yaitu batasan di kanan kiri, dalam perjalanan ke arah pangkuan-Nya.
Pada hakikatnya, semua perjalanan manusia adalah untuk menuju ke
pangkuan kasih sayang-Nya. Siapapun dia!!!"

"Apa yang Kakek maksud dengan "batasan kanan" dan "batasan kiri" itu?"
"Ini hanya istilah saya saja. Manusia yang taat pada-Nya, pada
hakikatnya dia telah berjalan kearah perjalanan yang benar menuju-Nya.
Tapi kadang ketaatan ini membuatnya bangga diri dan mencela mereka
yang sesat. Lambat laun keihlasannya tercemari dengan virus "riya",
yang pada akhirnya tujuan ibadahnya lebih untuk "pemutihan" dimata
manusia. Tentu saja Alloh sama sekali tidak menerima ibadah jenis ini.
Lalu dengan kasih sayang-Nya, dibelokkanlah manuver hidupnya ke arah kiri.

Titik "trigger" inilah yang merupakan "batasan kanan". Singkat kata,
"batasan kanan" adalah sifat riya".

"Apakah ini berarti bahwa "batasan kiri" adalah musibah yang
diakibatkan kemaksiatan? "

"Benar!!!", jawab Sang Kakek sambil tersenyum.
"Apa Kakek dulu pernah mendalami agama?"
"Tidak, kakek belajar agama hanya sebatas belajar sholat, ngaji dan
selebihnya cuma dari kutbah Jumat. Ketika kakek pensiun, kakek bingung
bagaimana cara cepat bertaubat. Dosa banyak tapi sisa umur tinggal
sedikit. Makanya cara cepat yang bisa kakek tempuh hanyalah dengan
cara meng-ikhlas- kan semua ibadah karena-Nya. Ikhlas dan istiqomah
adalah kata kuncinya".
Alkhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukanku
dengan Kakek tua, dan atas hikmah besar yang kudapat hari ini.






Previous
Next Post »
Show comments
Hide comments